Sulit Hamil ? Mulai Kenali Penyebab Polikistik Ovarium Sindrom
Polikistik Ovarium Sindrom merupakan suatu kondisi klinis metabolik yang sering dialami wanita pada usia reproduktif yang bisa menyebabkan disfungsi organ reproduksi. Ditandai oleh peningkatan hormon androgen di dalam darah, ketidakmatangan pada sel telur, dan adanya gambaran polikistik ovarium pada pemeriksaan sonografi. Kurang dari 20% wanita di penjuru dunia mengalami sindrom polikistik. Penyebab sindrom polikistik ovarium sampai saat ini masih belum diketahui, terdapat dugaan ada keterkaitan dengan proses pengaturan pelepasan sel telur dan ketidakmampuan enzim yang berperan dalam sintesis hormon estrogen di ovarium. Wanita dengan sindrom ini akan mengalami gangguan kesuburan dimana akan kesusahan untuk memiliki anak dalam kurun waktu 12 bulan dengan aktifitas seksual regular tanpa menggunakan metode kontrasepsi apapun.
Penanganan Polikistik Ovarium Sindrom dimulai dengan mengubah pola hidup menjadi lebih sehat untuk memperbaiki gangguan hormonal dan efek jangka panjang. Pengaturan diet sebagai upaya penurunan berat badan pada kondisi obesitas dapat membantu menurunkan kadar hormon androgen, Luteinizing Hormone (LH), dan kadar insulin. Hal ini juga membantu mengatur regulasi pelepasan sel telur sehingga meningkatkan potensi kehamilan.
Sekitar 80% wanita dengan gangguan Polikistik Ovarium Sindrom memiliki nilai Indeks Masa Tubuh di atas normal atau obesitas, disertai gejala khas seperti kelebihan hormon androgen, dan resistensi insulin. Banyak wanita yang tidak terdiagnosis sampai mereka menghadapi masalah kesuburan setelah menikah.Pola makan sangat berpengaruh terhadap kejadian Polikistik Ovarium Sindrom pada wanita. Intake kalori, konsumsi karbohidrat dan lemak berlebih, dan protein yang cukup, serta serat yang kurang menjadi penyebab terbanyak terjadinya Polikistik Ovarium Sindrom pada wanita. Makanan dengan komposisi tinggi lemak jenuh dalam jangka lama dapat menyebabkan resistensi insulin. Perempuan anovulatorik dengan hiperandrogenisme yang kelebihan berat badan memiliki karakteristik distribusi lemak tubuh di dinding perut. Timbunan lemak dipengaruhi faktor-faktor penuaan, hormon seks, genetik, dan kurangnya aktivitas fisik serta berhubungan dengan hiperinsulinemia, diabetes mellitus, dan peningkatan produksi androgen.
Penatalaksanaan anovulasi pada SOPK umumnya dimulai dengan pemberian klomifen sitrat. Bila tidak terjadi menstruasi dapat ditingkatkan dosisnya atau dipilih regimen lain misalnya gonadotropin (hMG atau FSH yang dimurnikan). Pemberian obat yang sederhana contohnya Pil KB Andalan ternyata dapat menyebabkan Ovulasi dibandingkan dengan obat spesifik FSH-Rekombinan berupa injeksi Gonal-F. Olahraga secara teratur telah terbukti meningkatkan sensitivitas insulin karena berkurangnya lemak viseral. Beberapa cara dilakukan untuk menurunkan resistensi insulin diantaranya modifikasi diet, olahraga, dan pemberian obat-obatan yang memperbaiki sensitifitas jaringan terhadap insulin seperti metformin. Beberapa penelitian menunjukkan metformin memberikan harapan dalam penanganan penderita Sindrom Polikistik Ovarium.
Source :
Irene, A., Alkaf, S., & Zulissetiana, E. F. (2019). HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN RISIKO TERJADINYA SINDROM OVARIUM POLIKISTIK PADA REMAJA YANG BERUSIA 15-19 TAHUN DI KOTA PALEMBANG (Doctoral dissertation, Sriwijaya University).
Jadi, M. (2021). SINDROM OVARIUM POLIKISTIK (SOPK): SEBUAH KAJIAN PUSTAKA. MIDWIFERY HEALTH JOURNAL, 6(2), 1-10.