Bendungan ASI
Bendungan ASI dapat terjadi antara hari kedua hingga ketiga pasca persalinan, di mana aktivasi sekresi payudara dipicu oleh pengiriman plasenta (penarikan progesteron) dan kenaikan kadar prolaktin berikutnya. Penyempitan duktus lakteferi akibat kelenjar-kelenjar yang tidak dikosongkan dengan sempurna dan kelainan pada puting susu sehingga terjadinya pembengkakan pada payudara akibat peningkatan aliran vena dan limfe yang menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan. Wanita post partum mengalami demam akibat bendungan air susu dan berkisar antara 37,8ºC sampai 39ºC yang biasanya berlangsung antara empat sampai enam belas jam. Umumnya setelah melahirkan, payudara ibu membesar, terasa panas, keras, dan tidak nyaman. Pembesaran tersebut dikarenakan peningkatan suplai darah ke payudara bersamaan dengan terjadinya produksi air susu. Biasanya hal ini berlangsung selama beberapa hari. Kondisi ini bersifat normal dan tidak perlu dikhawatirkan. Namun, terkadang pembesaran itu terasa menyakitkan sehingga ibu tidak leluasa mengenakan kutang/bra/bh (buster hounder) ataupun membiarkan benda apapun menyentuh payudaranya.
Bendungan ASI terjadi karena beberapa faktor diantaranya yaitu teknik yang salah dalam menyusui, puting susu terbenam, bayi tidak dapat menghisap puting dan areola, ibu yang tidak menyusukan bayinya sesering mungkin atau bayi yang tidak aktif menghisap. Kondisi puting adalah salah satu faktor kejadian bendungan ASI pada ibu nifas. Semakin baik kondisi puting ibu akan mencegah terjadinya bendungan ASI. Perlekatan menyusui yang baik tidak akan menimbulkan Bendungan ASI disebabkan oleh posisi mulut bayi ketika menyusu menempel dengan baik sehingga bayi menelan ASI dengan mudah dan jumlah yang cukup, dan pada akhirnya akan meningkatkan produksi ASI sesuai kebutuhan bayi. Bendungan ASI juga dapat terjadi dikarenakan faktor frekuensi pemberian ASI yang tidak teratur. Frekuensi dan durasi pemberian ASI mempunyai hubungan dengan terjadinya bendungan ASI pada Ibu nifas karena pada payudara terdapat vena limpatik yang mengalirkan produksi air susu, jika frekuensi dan durasi pemberian ASI optimal, maka pengosongan payudara dapat secara sempurna, aliran vena limpatik lancar, sehingga mencegah terjadinya payudara bengkak atau bendungan ASI pada payudara.
Aloe vera mengandung anthraquinone yang memiliki aloin dan emodin yang dapat berfungsi sebagai analgesik. Aktivitas analgesik dalam lidah buaya juga dikaitkan dengan enzim karboksipeptidase dan bradykinesia, yang tidak efektif inrelievingpain. Pengurangan rasa sakit memperbarui melalui stimulasi tubuh sistem kekebalan tubuh dan mengurangi prostaglandin yang bertanggung jawab atas rasa sakit. Jahe memberikan efek analgesik dan anti-inflamasi melalui penghambatan siklooksigenase dan lipoxygenase jalur dan mencegah metabolisme arakidonat asam.
Source :
Aulya, Y., & Supriaten, Y. (2021). Pengaruh Perawatan Payudara Terhadap Bendungan ASI Pada Ibu Nifas. Menara Medika, 3(2)
Mangesi, L., & Zakarija‐Grkovic, I. (2016). Treatments for breast engorgement during lactation. Cochrane Database of Systematic Reviews, (6).
Oriza, N. (2019). Faktor yang mempengaruhi bendungan ASI pada Ibu Nifas. Nursing Arts, 13(1), 29-40